FAKTANEWS.ONLINE-- Sejatinya pilkada serentak diarahkan untuk menumbuhkan citra positif bahwa rakyat di negeri ini mampu mengikuti demokrasi tanpa direcoki konflik.
Berkaca pada pilkada sebelumnya, begitu banyak persoalan yang memantik terjadinya konflik.
Untuk menciptakan pilkada jujur, adil dan transparan dan untuk mencegah terjadinya politik uang (money politic) atau suap menyuap, masyarakat pemilih jangan menerima atau melakukan transaksi mencurigakan yang berbau korupsi di pilkada
Politik uang atau menyogok pemilih agar mimilih calon tertentu, masuk dalam ranah pelanggaran pemilu yang di proses oleh sentra penegakan hukum terpadu (Gakumdu)
Pelanggaran hukum dalam pilkada tidak akan melahirkan pemimpin yang berkualitas. Kalau terpilih, pasti berpikir untuk mengembalikan modal dan akhirnya anggaran pembangunan yang dikelola akan diutak-atik sampai ada yang menyangkut di kantong sendiri dan tim sukses.
Inti dari masa kampanye yang menghabiskan energi berbulan-bulan adalah bagaimana pemilih mengenal para kontestan secara baik sehingga para pemilih dapat memposting kontestan dalam fikiran dan hatinya. Dan, untuk mendapatkan posisi itu para kontestan sebaiknya tidak perlu melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut
a) Memberi pemilih uang: jika hari ini salah satu kontestan memberi pemilih Rp. 200.000, maka besok kontestan lain akan memberikan Rp. 250.000, dan seterusnya. Atau, jika hari ini salah satu kontestan memberi Rp. 50.000 besok kontestan lain memberi Rp. 25.000, dan justru nilai Rp. 25.000 yang dipilihnya, jangan heran! Teorinya “Tidak laku uang lama, yang laku uang baru”.
b) Memberi beras pemilih akan bilang sudah lama jadi ampas.
c) Memberi gula: mereka akan mengatakan saya sudah pake semprot rumput.
Ada 2 (dua) hal secara teori yang harus kontestan gunakan secara praktis dan efisien, yaitu
1) Bagaimana kontestan dikenal oleh pemilih betul-betul baik; dan
2) Bagaimana kontestan dikenal oleh pemilih betul-betul tidak baik/menjengkelkan.
Dari 2 (dua) teori tersebut, teori pertama yang digunakan oleh semua kontestan bagaimanapun caranya termasuk melakukan aktifitas (a), (b), (c), dan jika semua kontestan semua betul-betul baik yang terjadi kemudian pemilih error.
Saya menyarankan sebaiknya kontestan menggunakan teori kedua, kenapa?
→ Tidak baik/menjengkelkan itu sangat alami, kita tidak perlu menghambur-hamburkan materi dan air liur untuk dibilang tidak baik/menjengkelkan, dan bahkan orang baikpun dibilang tidak baik/menjengkelkan.
→ Pemilih tidak akan mengalami error, karena kalau semua kontestan tidak baik/menjengkelkan maka pemilih masih bisa menggunakan pilihannya dengan cara yang baik di antara yang tidak baik.
→ Jika hanya ada satu kontestan yang tidak baik/menjengkelkan, peluang menjadi pemenang besar karna pada umumnya orang yang tidak baik/menjengkelkan selalu terposting dan gampang di ingat. Dan masih banyak lagi keunggulan bagi orang yang tidak baik/menjengkelkan.
Sekedar mengingatkan, ini adalah saran dan Semoga bermanfaat untuk Pembangunan daerah kita Konawe yang lebih baik.(red)
Posting Komentar